Sidang Umum International Atomic Energy Agency (IAEA) ke-63 telah berlangsung di Wina, Austria sejak Senin (16/9/2019) hingga berakhir Jumat (20/9/2019). Dalam kesempatan penting itu, peserta konferensi dari Indonesia juga merangkainya dengan rapat koordinasi (Rakor) Delegasi RI General Confrence IAEA.
Hadir pada sidang umum IAEA itu, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir. Indonesia turut berkontribusi dalam bidang teknologi nuklir untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs).
Selain Menristekdikti dan jajaran, Delegasi RI juga diisi oleh Kemlu, Kemkes, Batan, Bapeten, KBRI/PTRI Wina dan PT Inuki. Dalam rangkaian Sidang Umum IAEA ini, delegasi Indonesia juga secara aktif melakukan pertemuan bilateral dengan banyak mitra potensial dari negara anggota lain untuk mengembangkan industri nuklir di Indonesia.
Direktur Produksi dan Penjualan PT Industri Nuklir Indonesia (INUKI), Bunjamin Noor, menyatakan kebanggaannya bisa hadir pada Sidang Umum IAEA itu.

"Inuki baru pertama kali diundang untuk mengikuti agenda ini, dan kita melihat bahwa dunia nuklir di dunia sudah sangat maju. Sesuai dengan rencana program nasional Inuki dalam penyebaran cyclotron dan PET CT Scan, serta rencana pemerintah untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir dimana Batan sebagai badan peneliti, maka sewajarnya Inuki sebagai bagian dari rencana tersebut," kata Bunjamin dalam keterangan persnya kepada Beritasatu.com, Jumat (20/9/2019).
Sementara itu, Menristekdikti, Mohamad Nasir, dalam sambutannya pada sidang IAEA menyatakan, Indonesia sangat mendukung hal ini dan telah memperkuat kemampuan safeguards nuklir yang dikembangkan IAEA di kawasan Asia Pasifik, antara lain melalui keketuaan Indonesia pada Asia-Pacific Safeguards Network (APSN).
Nasir juga menyebut Indonesia telah memiliki Practical Arrangement dengan IAEA untuk memudahkan kerja sama teknis diantara negara berkembang. Indonesia juga telah memposisikan diri sebagai negara pemberi bantuan.
"Sebagai bukti, Indonesia telah ditunjuk oleh IAEA sebagai Collaborating Centre for Plant Mutation Breeding, menjadi negara kontributor IAEA Peaceful Uses Initiatives, dan menjadi negara penyedia bantuan untuk meningkatkan kapasitas teknis nuklir sejumlah negara dalam kerangka Nuclear Capacity Project yang akan dimulai tahun depan," ujar Nasir.
Dalam forum di Wina, Nasir juga mempromosikan keunggulan Indonesia di sektor pertanian. Dengan teknologi nuklir, Indonesia telah berinovasi mengembangkan varietas padi dan kedelai unggul yang berkontribusi terhadap pencapaian ketahanan pangan nasional. Begitu juga dengan sektor kesehatan yang juga telah bekerja sama dengan kedokteran nuklir nasional.
"Saat ini, Indonesia dan IAEA bekerja sama mengembangkan kemampuan kedokteran nuklir nasional, khususnya untuk penanganan penyakit kanker," tegas Nasir.
Adapun hal lain yang mendapat perhatian banyak negara adalah inovasi Indonesia dalam memajukan edukasi nuklir kepada generasi muda, melalui konsep internet reactor laboratory. Selama sepekan ini, Indonesia memamerkan metode distant learning dimana aktivitas reaktor riset Kartini di Yogyakarta dapat dipantau secara live melalui jaringan internet dari markas PBB di Wina.
Sidang Umum IAEA sendiri merupakan konferensi tahunan yang diselenggarakan bagi negara-negara anggota PBB untuk menentukan arah kebijakan IAEA untuk menjamin penggunaan energi dan teknologi nuklir semata-mata untuk tujuan damai.